CelahkotaNEWS.com – Hashim Djojohadikusumo tengah mengakuisisi 75% hak partisipasi atau participating interest (PI) Blok Duyung, lapangan gas lepas pantai Natuna yang digarap Conrad Asia Energy Ltd.
Akuisisi tersebut dilakukan melalui anak usaha Arsari Group, PT Nations Natuna Barat, dengan nilai transaksi sebesar US$16 juta atau sekitar Rp266 miliar (asumsi kurs Rp16.625 per dolar AS).
PT Nations Natuna Barat dan West Natuna Exploration Limited anak usaha Conrad Asia Energy telah menandatangani kesepakatan jual beli PI pada pertengahan November 2025. Informasi tersebut tertuang dalam keterbukaan informasi Conrad Asia Energy Ltd. tertanggal 19 November 2025.
Hashim Djojohadikusumo adik Presiden Prabowo Subianto—menjabat langsung sebagai direktur utama PT Nations Natuna Barat. Dua anaknya, Aryo P.S. Djojohadikusumo dan S. Indrawati Djojohadikusumo, masing-masing menduduki posisi direktur dan komisaris.
Setelah transaksi akuisisi rampung, Nations Natuna Barat akan menggenggam 75% PI Blok Duyung. Sementara itu, Conrad Asia Energy melalui West Natuna Exploration Limited mempertahankan 25% PI dengan hak pengendalian proyek (operatorship).
Selain akuisisi, Arsari Group juga berkomitmen mendanai seluruh pengembangan Lapangan Mako hingga beroperasi komersial (onstream) pada kuartal IV-2027. Total kebutuhan investasi untuk membawa Lapangan Mako ke tahap produksi diperkirakan mencapai US$320 juta.
Investasi tersebut nantinya akan dikembalikan Conrad secara bertahap sesuai porsi PI setelah Lapangan Mako mulai berproduksi.
Profil Blok Duyung
Blok Duyung terletak sekitar 100 kilometer di utara Pulau Matak, Natuna Barat, serta sekitar 400 kilometer di timur laut Singapura.
Conrad Asia Energy memperoleh kontrak Blok Duyung pada 2007 dengan skema cost recovery dan luas awal 4.641 kilometer persegi. Kontrak tersebut berlaku hingga 16 Januari 2037.
Namun, luas wilayah kerja Blok Duyung menyusut menjadi 927 kilometer persegi setelah kewajiban penciutan wilayah dan pemenuhan komitmen kerja pasti.
Lebih dari 10 tahun setelah kontrak diteken, Conrad menemukan cadangan gas di Lapangan Mako melalui pengeboran sumur eksplorasi Mako South-1 pada 2017. Pemerintah menyetujui rencana pengembangan (plan of development/PoD) Blok Duyung pada 2018, dan setahun kemudian skema bagi hasilnya diubah menjadi gross split.
Meski demikian, hingga kini Lapangan Mako belum berhasil beroperasi komersial. Selain kendala pendanaan, Conrad juga menghadapi ketidakpastian pembeli gas. Otoritas hulu migas bahkan beberapa kali mengubah kebijakan terkait persetujuan ekspor gas ke Sembcorp Gas Pte Ltd. di Singapura.
Situasi tersebut membuat Conrad harus berulang kali merevisi rencana pengembangan lapangan serta kontrak jual beli gas Lapangan Mako.
Pada revisi terakhir April 2025, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencabut perjanjian jual beli gas (PJBG) antara Conrad dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan Sembcorp Gas Pte Ltd.
Sebagai gantinya, seluruh pasokan gas Lapangan Mako Blok Duyung akan dibeli oleh PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI). Pemerintah memutuskan mengalihkan gas tersebut untuk memasok pembangkit listrik PLN di Batam.
Lapangan Mako memiliki sumber daya kontinjensi 2C (100%) sebesar 376 billion cubic feet (BCF). Jangka waktu kontrak jual beli gas dengan PLN EPI berlaku hingga kontrak Blok Duyung berakhir pada Januari 2037.
Kontrak tersebut juga mengatur penjualan gas pada tingkat plateau sebesar 111 billion British thermal unit per day (BBtud), setara dengan 111,9 million standard cubic feet per day (MMscfd).
Pengembangan Lapangan Mako direncanakan melalui enam sumur pengembangan awal yang dihubungkan ke mobile offshore production unit (MOPU) sewaan. Gas hasil produksi akan dialirkan melalui pipa sepanjang 59 kilometer menuju platform KF di wilayah kerja PSC Kakap yang bersebelahan.
Selanjutnya, gas akan disalurkan melalui West Natuna Transport System (WNTS) dan diteruskan ke pasar domestik melalui pipa cabang menuju Pulau Pemping, Kepulauan Riau. Pipa cabang tersebut akan dibangun oleh PT PLN Energi Primer Indonesia.







