CelahkotaNEWS.com – China mengirimkan seorang diplomat ke Kamboja dan Thailand karena gelombang konfontrasi baru antara kedua negara Asia Tenggara tersebut mengancam akan menggagalkan gencatan senjata yang dimediasi oleh Presiden Donald Trump.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) di Beijing menyatakan Utusan Khusus China untuk Urusan Asia Deng Xijun akan berkunjung ke Kamboja dan Thailand pada Kamis (18/12/2025) untuk melakukan mediasi.
“China secara ketat memantau konflik perbatasan yang sedang berlangsung antara kedua negara,” bunyi pernyataan tersebut. “Dengan caranya sendiri, China secara aktif berupaya untuk meredakan ketegangan.”
Trump mendorong perdamaian sejak konflik memuncak pada Juli dan mengancam kedua negara dengan balasan perdagangan jika salah satu dari mereka melanggar ketentuan deklarasi perdamaian Oktober yang ia fasilitasi.
Meski Deng telah melakukan perjalanan setidaknya dua kali untuk melakukan mediasi, ini adalah kunjungan pertamanya sejak Perjanjian Perdamaian Kuala Lumpur ditandatangani.
Bentrokan di sepanjang perbatasan 800 km kembali terjadi awal bulan ini, termasuk serangan udara Thailand terhadap target militer Kamboja. Lebih dari 20 orang tewas, termasuk 16 tentara Thailand dan 12 warga sipil Kamboja, dan lebih dari setengah juta orang mengungsi dari wilayah tersebut akibat pertempuran.
China terlibat dengan kedua belah pihak sejak awal perselisihan, tetapi tetap bersikap lebih tertutup daripada AS karena Beijing umumnya menghindari intervensi publik dalam konflik, kecuali untuk memfasilitasi diskusi.
Pemerintahan Trump berusaha menyoroti bahwa China tidak memainkan peran dalam proses perdamaian. Gedung Putih belum membalas pertanyaan yang dikirim di luar jam kerja normal untuk memintai komentar.
Trump menelepon kedua pemimpin tersebut pekan lalu untuk kembali mendesak gencatan senjata, meski pertempuran terus berlanjut.
Pada Rabu, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, yang memimpin ASEAN tahun ini, mengatakan dia juga telah berkontak dengan para pemimpin tersebut. Menurutnya, keduanya mengatakan mereka ingin menyelesaikan sengketa perbatasan sesegera mungkin.
Kunjungan Deng juga bertepatan dengan sorotan terhadap penggunaan senjata buatan China oleh Kamboja, menyusul laporan bahwa militer Thailand menyita senjata buatan China dalam jumlah besar dari tentara Kamboja.
Juru bicara Kemlu China, Guo Jiakun tidak mengonfirmasi maupun membantah berita tersebut dalam konferensi pers pada Rabu. Namun, Jiakun menegaskan bahwa Beijing melakukan “kerja sama pertahanan normal” dengan kedua negara dan kerja sama tersebut tidak menargetkan pihak ketiga mana pun.
Thailand, yang merupakan sekutu perjanjian dengan AS, memiliki angkatan bersenjata yang jauh lebih besar dan lebih canggih daripada Kamboja. Serangan Thailand terhadap Kamboja termasuk penggunaan jet tempur F-16 buatan AS.







