oleh

Berdamai Dengan Keadaan,Air Laut Meluap Hingga Jauh Kedarat

DUMAISebagai kota di Pesisir Timur Provinsi Riau, limpasan pasang air laut ke daratan Kota Dumai adalah persoalan klasik. Terutama di sepanjang pesisir Mulai dari Pelintung hingga Batu Teritip. Fenomena ini dikenal sebagai banjir rob. Dan sejak tahun 2000-an, pada saat tertentu, sejumlah kawasan di Kota Dumai jadi langganan genangan air laut. Ketinggiannya pun tiap tahun semakin bertambah.

Subuh pada Selasa (11/10/2022) baru saja usai. Rudi Regar (48) bergegas pulang ke rumah yang berhampiran dengan Masjid Al Misak, Jalan Cendrawasih Ujung Kelurahan Laksamana Kecamatan Dumai Kota. Dari kejauhan masih terdengar zikir dan doa di beberapa mesjid.

“Letakkan motor ke tempat yang lebih tinggi. Kalau tidak, nanti tak dapat ngantar anak sekolah. Hari ini (Selasa, 11/10/2022) pasang lebih tinggi dari kemaren (Senin, 10/10/2022),” kata Rudi seraya mengatakan genangan setiap kali pasang besar air laut kini menutupi sepanjang Jalan Cendrawasih.

Banjir Rob pada 10 hingga 12 Oktober 2022 adalah yang terbaru sekaligus terparah. “Ini yang tertinggi. Tahun lalu saja jalan ini tak tergenang. Air pasang kali ini menggenangi jalan ini sekitar 2 CM,” ujar Udin (54) warga Jalan Cendrawasih Gg. Al Misak.

H. Yahya (70) warga Jalan Cendrawasih Kelurahan Laksamana yang tinggal di sana sejak tahun 1980-an menjadi salah satu saksi bertambah naiknya permukaan air laut setiap tahun. Pun kini ketika seluruh wilayah kelurahan Laksamana tergenang ketika air pasang.

Lantai rumahnya kini 1 meter dibawah air ketika pasang air laut. Padahal dulu ketika rumahnya dibangun pada tahun 1990-an masih lebih tinggi dari permukaan air laut ketika naik paling tinggi. Dan tahun 2000-an nyaris sama tinggi.

Lima tahun kemudian Ia terpaksa meninggikan bangunan sekitar 20 CM. “Tahun 2010 sudah sama tinggi dengan air pasang. Karena sudah tidak memungkinkan ditinggikan lagi, terpaksa buat dam keliling. Sekarang lantai rumah ini sekitar 1 meter dibawah permukaan air laut ketika pasang,” kata Yahya.

Kejar-kejaran cenderung naiknya permukaan air laut dengan upaya warga meninggikan bangunan dikemukakan oleh Ujang (50) warga Jalan Rajawali. “Dulu saat membangun rumah pada tahun 2021, lantai rumah lebih tinggi 30 CM dari pasang air laut. Tahun 2020 lalu terpaksa ditingikan lagi 30 CM karena air sudah masuk rumah. Banjir air pasang ini sudah biasa. Berdamai saja dengan kondisi alam,” kata Ujang.

Jalan M Yamin yang sudah ditinggikan sekitar 20 CM pada tahun 2017 kini pun tergenang ketika air laut pasang tinggi. Padahal dulu ketika dibangun diharapkan sekaligus bisa menjadi tanggul melubernya air laut dari kelurahan Laksamana ke Kelurahan Rimba Sekampung.

Robert (43), salah satu warga Jalan Cempedak Kelurahan Rimba Sekampung, menceritakan bahwa ia pernah meninggikan ruko hingga 30 CM untuk menghindari banjir rob. Namun belakangan genangan air laut menyentuh lantai ruko. “Mau ditinggikan lagi sudah tidak mungkin. Terpaksa kami membuat dam di depan ruko,” kata Robert.

Selain terus naiknya air laut, Ia mengeluhkan genangan air di Jalan Cempedak dan sekitarnya yang ccenderung semakin tinggi. “Di sekitar sini agak berbeda. Surutnya lebih lama. Bagi kami yang mencari nafkah dengan berjualan makanan, banjir rob dan lamanya genangan ini berpengaruh besar pada pendapatan kami,” kata Robert.

Dari upaya warga berdamai dengan pasang air laut ini, dapat dilihat dari bangunan rumah dan ruko di Kelurahan Laksamana, Dumai Kota, Buluhkasap dan Pangkalan Sesai. Tinggi lantai rumah dan ruko bervariasi. Bagi mereka yang baru membangun, rata-rata membuat pondasi dan lantai lebih tinggi sekira 1 meter dari tanah.

Di Jalan Cempedak dan Jalan Sultan Hassanuddin (Ombak) misanya, dengan jelas dapat dilihat perbedaan itu. Antara satu bangunan dengan bangunan lainnya memiliki ketinggian fondasi dan lantai bervariasi. Ada yang satu meter di atas permukaan jalan dan masih ada yang sejajar dengan jalan.

“Kami yang lantainya masih sama dengan jalan terpaksa membuat dam di depan dan di belakang ruko. Mau meninggikan sudah tidak mungkin lagi. Karena sudah beberapa kali ditinggikan,” kata Asan (41), warga Jalan Sultan Hassanudin.

Kedepan, permukaan air laut ketika pasang yang menggenani pesisir Kota Dumai diperkirakan akan semakin tinggi. Meski belum ada penelitian secara ilmiah tentang pemicunya, naiknya permukaan air laut dan turunnya permukaan tanah ditengarai menjadi penyebab. Turunya permukaan tanah disebabkan penggunaan air bawah tanah dan kondisi tanah yang labil.

Pemerintah Kota Dumai dan pemangku kepentingan terkait telah mengupayakan berbagai cara untuk menyangga kota, terutama daerah pesisir, dari ancaman tenggelam. Bukan saat ini semata. Sejak Dulu. Saat Dumai menjadi kota otonom tahun 1999.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Dumai, Reza Pahlevi mengatakan penanganan genangan air akibat pasang air laut saat menjadi salah satu program prioritas melalui program Khidmad Penanangan Banjir.

Langkah awal, kata Reza, sudah dilakukan dengan melakukan pemetaan masalah dan genangan. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengerukan sendimentasi Sungai Dumai secara rutin dan terus menerus. “Prioritas pertama kita arahkan ke Sungai Dumai. Karena ia merupakan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) air. Baik yang berasal dari hulu sungai maupun sekitar sungai,” katanya.

Bersamaan dengan pengerukan Sungai Dumai, juga dilakukan normalisasi drainase di pusat Kota. Normalisai diutamakan pada drainase menuju pembuangan akhir. Seperti Drainae Jalan Datuk Laksmana, Sultan Syarif Qasim, Sudirman, Pangeran Dipponegoro, M Yamin, Sultan Hassanudin, Tegalega, Cempedak.
“Normalisasi drainase dilakukan dengan pengerukan sendimentasi dan membebaskan drainase dari sampah.

Drainase yang mengalami penyumbatan dilakukan perbaikan. Sehingga air lancar menuju pembuangan,” lanjut Reza.
Dengan normalisasi drainase, sejumlah titik yang tergenang berjam-jam akibat hujan maupun rob, kini cepat surut. Untuk genangan air di Kelurahan Laksamana, Jalan Sultan Syarif Qasim dan di Kelurahan Dumai Kota serta Kelurahan Buluh Kasap, genangan langsung surut bersamaan surutnya air laut. Demikian halnya di Jalan Sultan Hassanudin.

Sementara di Jalan Jendral Sudirman tidak tergenang lagi. Menyusul normalisasi drainase yang dilakukan di ruas jalan tersebut mulai dari U turn depan PLN hingga pertigaan jalan Subrantas.

Genangan masih agak lama memang masih terjadi di Jalan Cempedak dan sekitarnya. Seperti di Jalan Nangka, Jalan Jeruk, Jalan Semangka, Jalan Apel dan Jalan Mangga. Namun jika dibandingkan beberapa tahun lalu, kini lebih cepat Surut.

“Titik-titik yang genangannya masih agak lama sudah menjadi prioritas kami. Selain secara rutin melakukan pembersihan drainase, kami juga akan melakukan perbaikan dan pelebaran drainase. Termasuk menata kembali drainase menuju ke pembuangan akhir,” lanjut Reza.

Terkait penataan Sungai Dumai, selain melakukan pengerukan juga akan membangun bantara di kiri kanan sungai. Selain berfungsi sebagai tanggul, pada bantaran tersebut akan dilakukan penghijauan.

“Pengerukan ini tidak dimaksudkan mengganggu ekosistem yang ada. Aliran sungai ini harus bersih dan lancar. Dari hulu ke hilir. Ekosistem bakau dan api-api yang ada di kuala sungai tidak kita ganggu,” ujar Reza.

Dinas PUPR juga akan menutup bantaran Sungai Dumai dengan Geobag. Wadah berbentuk bantalan yang terbuat dari jahitan kain geotekstik. “Selanjutnya kita akan membangun pintu-pintu air. Pintu air ini berfungsi menghambat air laut masuk ke daratr saat pasang. Pintu air ini nantinya dilengkapi pompa air yang berfungsi memompa air dari darat ke laut saat pasang air laut bersamaan datangnya dengan hujan,” papar Reza.

Untuk mewujudkan program ini, kata Reza, memang tidak mudah. Terutama dari sisi biaya. Karenanya, selain melalui APBD Kota Dumai, juga diupayakan melalui APBD Provinsi Riau dan APBN. “Yang jelas, apa yang bisa kita lakukan saat ini, kita lakukan. Seperti menormalisasi sungai Dumai dan memperbaiki drainase. Karena dengan dua item ini saja, ditambah kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, hasilnya saat ini sudah bisa dirasakan,” pungkas Reza. (*)

Sumber : Dumaipos.com

Penulis : Kambali