Mengintif tradisi Petang Menggang Masyarakat Melayu

2016-06-06_10.29.43
MENGINTIF TRADISI PETANG MEGGANG DAN MADI BELIMAU

Celahkotanews.com || Dumai – Saban tahun, bila Ramadan menjelang masyarakat Riau menyambut dengan gembira. Beragam tradisi yang terpelihara sejak turun temurun  terus dilestarikan. Di berbagai kabupaten/kota di Riau, tradisi ini disebut dengan beragam perkataan. Ada petang megang, balimau kasai, petang mogang dan sebagainya. Namun kegiatan yang dilakukan tetap sama yakni mandi dengan menggunakan air campuran jeruk dan beragam wewangian lainnya.

Melihat tradisi ini sebagai salah satu tradisi turun temurun yang tetap masih ada,Mandi belimau m3njelang masuknya bulun suci ramadhan acap kali di lakukan oleh masyarakat meyalu, Hal ini tentunya menyimpan tradisi tersendiri bagi tradisi turun temuri  ini.

tidak ketinggalan pula bagi masyrakat kota dumai yang sampai saat ini juga sebagain besar juga masih melestarikan petang meggang dengan madi belimau, Kegiatan di awali dengan khatam alquraan kemudian di lanjutkan dengan doa bersama dengan diiringi alat musik tradisional para masyrakat aekitar bersuka ria menyambut bulan ramadhan tiba dengan mandi beliau bersma, dengan air wewangian yang ttelah di ramu dengan aneka campuran.

Seperti tahun-tahun sebelumnya  Ramadan menjelang, masyrakat jalan teduh keluraha pangkalan sesai ini tetap  dipastikan akan sibuk dengan mencari limau purut, pandan wangi dan sebagainya. Kegiatan membuat air jeruk purut yang direbus bersama daun pandan wangi. Aroma yang menyeruak dari air rebusan ini begitu harum dan kegiatan ini hanya dilakukan saat Ramadan menjelang tiba.

Mandi belimau  Menurut mereka, dengan mandi air rebusan limau dan pandan wangi itu badan menjadi harum semerbak terlebih saat menyambut Ramadan sesuai anjuran masyarakat harus menyambutnya dengan suka cita atau gembira tentunya dengan mensuci diri dengan menyabut bulan yang penuh ampunan tersebut hal ini  juga sebagai wujud rasa syukur masyarakat dalam menyambut Ramadan, karena di bulan Ramadan itu penuh dengan beragam makna.

Petang Megang adalah suatu petang (sore hari) yang pada esok harinya akan melaksanakan ibadah puasa. Petang Megang  sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat,

Setakad ini pula tentu di kalang kita yang tidak tahu dengan tradisi ini bertanya Mengapa kedatangan bulan Ramadan sangat dinantikan oleh masyarakat, karena bulan Ramadan diciptakan Allah SWT penuh dengan keutamaan dan kemuliaan. Maka mempelajari dan memahami keutamaan dan kemuliaan tersebut akan memotivasi kita untuk lebih meningkatkan amal ibadah. Allah benar-benar maha pengasih lagi maha penyayang. Sungguh banyak kemuliaan dan keutamaan yang Allah anugerahkan pada bulan yang suci ini.

Mandi belimau petang meggang ini merupakan   bagian dari adat dan budaya tradisi masyarakat  Riau.

Islam memang menganjurkan ummat untuk menyambut bulan suci Ramadan itu dengan penuh kegembiraan. Hakikat dari mandi belimau  itu adalah kegembiraan yang dilakukan masyarakat dalam menyambut bulan suci tersebut dengan mengharumkan dan membersihkan diri Bersih Lahiriah dan Batiniah.

Karena Ramadan sebagai bulan yang suci, tentu umat muslim harus bersih.  Bersih  lahiriah dan batiniah dalam menghadapi puasa Ramadan.

Berbagai upaya dilakukan untuk membersihkan lahiriah dan batiniah itu. Secara adat budaya Melayu melakukan mandi belimau berarti membersihkan lahiriah. Kemudian di mandi belimau itu juga disertai dengan doa-doa yang berfungsi membersihkan batiniah.

Kemudian dikatakannya, dalam pelaksanaan mandi belimau itu tercermin kebersamaan. Dengan kebersamaan itu,  orang-orang Melayu bisa bersama-sama bersilaturahim. Semua masyarakat menyadari bahwa setiap manusia mempunyai tanggung jawab besar, bagaimana menghadapi bulan suci Ramadan semua bisa beribadah  secara menyeluruh, aman dan damai dan hilang segala sifat-sifat kelakuan tidak baik.  Sehingga intinya, pelaksanaan mandi belimau itu agar pelaksanaan ibadah puasa nantinya bisa dilaksanakan dengan baik dan sungguh-sungguh.

Upaya Melestarikan TradisiBerpijak dari dampak dan perkembangan dan kemajuan zaman, maka tradisi  asli leluhur semakin lama semakin tergusur, apalagi masuknya pengaruh budaya asing yang bertentangan dengan kepribadian Melayu.(C1)

 

 

Komentar ditutup.